Hallo semuanya...apa kabar? Semoga kalian senantiasa dalam keadaan sehat dan perlindungan Tuhan YME aamiin...
Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang transportasi KRL. Kalau dulu saya menjadi seorang penglaju dengan menggunakan bis jemputan, sekarang saya menjadi anggota anker alias anak kereta. Kalian juga bisa menonton videonya dengan cara mengunjungi channel youtube saya pondokinfo terkait tulisan ini ya...
Seperti kita ketahui, tranportasi umum di Jakarta semakin beragam jenis dan jumlahnya. Selain busway/transjakarta (Video #Electric Bus#) dan MRT (Video #Stasiun MRT Lebak Bulus#), saat ini juga ada LRT (Video #Cabview LRT#) dan kereta bandara (Video #Kereta Bandara#) yang saling terintegrasi satu dengan lainnya meskipun belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Bagi sebagian kalian mungkin KRL bukanlah alat tranportasi baru karena KRL sudah lama menjadi andalan bagi para penglaju atau anker dari daerah Tangerang, Depok/Bogor, Bekasi/Cikarang, dan juga Rangkasbitung. Namun bagi saya pribadi, KRL adalah suatu hal yang baru dan saat ini menjadi tranportasi yang sangat saya andalkan untuk menghindari kemacetan Kota Jakarta.
Sama halnya dengan transportasi lain, KRL juga akan mengalami kepadatan pada jam-jam sibuk yaitu saat jam masuk dan pulang kerja. Namun kali ini saya akan membahas kepadatan KRL pada saat jam pulang kerja sekitar jam 5 sore sampai dengan jam 7 malam di Stasiun Duri.
Untuk KRL dari Stasiun Duri menuju Stasiun Tangerang kita bisa menunggu di peron jalur 5. Adapun untuk jam keberangkatannya sekitar jam 17.13, 17.30, 17.42, 17.58 dan seterusnya. Apabila saat saya tiba di Stasiun Duri KRL Tangerang sudah berada di jalur 5 dan hanya 8 gerbong (08SF), maka akan dapat dipastikan KRL sudah penuh dan padat penumpang. Kalau sudah begini, hanya ada 2 pilihan yaitu tetap naik meskipun berdesakan atau menunggu KRL berikutnya (Tonton Video #Menunggu KRL berikutnya#).
Kalau saya pribadi biasanya akan tetap ikut KRL yang sudah ada meskipun harus berdesakan dengan penumpang lainnya, namun agar aman biasanya saya akan naik di gerbong khusus wanita. Pertimbangan saya tetap naik antara lain karena saya ingin segera cepat pulang dan sampai dirumah, karena harus mengejar waktu shalat maghrib. Terus terang saya tidak terbiasa shalat di tempat umum karena biasanya ramai (waktu shalat maghrib sebentar) sehingga terlalu terburu-buru dan tidak bisa khusyu’.
Pertimbangan lainnya adalah, meskipun kita sudah menunggu KRL berikutnya belum tentu akan mendapatkan tempat duduk karena beberapa hal, antara lain:
1. Orang yang menunggu biasanya akan berdiri tepat didepan pintu masuk KRL sehingga ketika KRL berikutnya tiba maka akan bisa lebih cepat masuk atau naik KRL sehingga kesempatan mendapatkan tempat duduk lebih besar. Namun adakalanya KRL tidak berhenti sesuai dengan harapan kita yaitu posisi pintu KRL terbuka tidak didepan posisi kita berdiri saat itu sehingga seharusnya kita bisa naik duluan namun karena posisinya agak bergeser maka kita tidak bisa naik duluan (Video #Ilustrasi naik KRL#),
2. Ada beberapa penumpang yang menghindari berdiri di KRL dengan cara sudah naik duluan dari Stasiun Grogol (Video #Stasiun Grogol#) sehingga ketika penumpang di Stasiun Duri masuk KRL, posisi kursi sudah beberapa yang terisi sehingga memperkecil kesempatan mendapatkan tempat duduk,
3. Penumpang akan terus bertambah karena adanya penumpang KRL di jalur 1 dan 2 yang turun dan pindah ke jalur 5 (Video #Penumpang di Jalur 5 Stasiun Duri#) untuk melanjutkan perjalanan menggunakan KRL Tangerang. Dari sekian banyak penumpang yang banyak tersebut, pasti ada yang agresif dan cekatan pada saat berebut tempat duduk sehingga kita bisa saja kalah bersaing terutama dengan mereka yang masih muda hehehehe...
4. Faktor lainnya adalah jumlah penumpang yang akan turun pada pintu yang akan kita naiki. Meskipun kita sudah menunggu lama dan berdiri tepat di pintu KRL namun ketika banyak penumpang yang akan turun KRL dapat menjadi menghambat kita untuk naik karena secara aturan harus mendahulukan penumpang yang turun. Pada akhirnya penumpang dari sisi pintu lainnya dapat lebih dahulu masuk atau naik KRL karena kebetulan tidak ada atau tidak terlalu banyak penumpang yang turun dipintu tersebut.
Sedikit berbagi pengalaman, saya sudah pernah merasakan berlari dari jalur 1 namun masih tertinggal KRL jam 17.42 sehingga harus menunggu KRL jam 17.58 sambil berdiri agar tidak ada yang menempati posisi saya berdiri karena merasa biasanya pintu KRL akan terbuka tepat didepan saya berdiri namun ternyata perkiraan saya salah. Saat KRL berhenti, pintunya tidak pada posisi saya berdiri sehingga saya telat masuk KRL karena keduluan penumpang lain dan akhirnya tidak mendapatkan tempat duduk hehehehe...
Demikian sedikit cerita pengalaman saya menggunakan transportasi KRL. Kalau kamu pilih mana...menunggu KRL berikutnya atau tetap naik meskipun harus berdesakan karena KRL sudah penuh dengan penumpang. Apapun pilihan kalian, selamat berkarya dan sukses selalu dimanapun kita berada aamiin...
Komentar