Setelah lulus kuliah, hal yang pasti kita lakukan adalah mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan minat kita. Dengan bekerja, kita akan memperoleh penghasilan sendiri sehingga dapat mapan secara financial bahkan meringankan beban orang tua dengan cara membantu membiayai sekolah adik-adik kita. Namun kenyataan yang terjadi seringkali tidak seindah yang dibayangkan. Kita sudah mengirimkan puluhan bahkan ratusan surat lamaran pekerjaan baik melalui pos serta email, sudah sering mendapatkan panggilan kerja namun selalu gagal di terima bekerja disuatu perusahaan yang sudah lama kita mimpikan.
Hal ini bisa membuat seseorang merasa minder atau rendah diri, menjadi frustasi dan bahkan depresi karena merasa dirinya tidak berguna, keadaan menjadi lebih buruk ketika kita terus menerus mendapat tekanan dari orang tua dan keluarga karena kita dianggap menjadi “beban” mereka.
Meneruskan kuliah kejenjang yang lebih tinggi seperti S2 atau kuliah diluar negeri menjadi salah satu alternatif yang diambil karena lulusan S2 atau luar negeri dianggap lebih bonafit dan bergengsi sehingga kita akan lebih mudah memperoleh pekerjaan.
Namun kenyataannya (sekali lagi) tidak seindah yang dibayangkan. Untuk itu, ada baiknya kita mengintropeksi diri dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan, ketrampilan dan atau pengalaman organisasi yang kita miliki tidak sesuai dengan yang diminta sehingga kita dianggap sebagai orang yang kurang tepat untuk menempati posisi yang kosong itu. Hal ini menjadi pertimbangan karena adanya alasan biaya atau kebutuhan yang cepat akan pegawai baru, beberapa perusahaan tidak memberlakukan adanya training atau pelatihan sebelum bekerja sehingga dibutuhkan orang yang memiliki 3 hal diatas untuk menempati posisi yang kosong itu.
2. Hasil psikotes yang dilakukan menunjukkan bahwa kepribadian kita tidak cocok dengan karakter pekerjaan yang nantinya akan kita jalani. Tiap fungsi kerja mempunyai tuntutan karakter tersendiri. Untuk menduduki jabatan Sales/Marketing misalnya, dibutuhkan orang yang luwes bergaul, ramah, murah senyum, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan sebagainya. Bila hasil tes menunjukkan bahwa kepribadian kita tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka wajar bila kita gagal diterima.
3. Bila kita sudah sampai pada tahap negosiasi gaji, mungkin kita mengajukan gaji yang terlalu tinggi karena merasa lulusan luar negeri atau justru terlalu rendah. Tidak semua perusahaan senang bila mendapatkan kandidat pelamar yang mengajukan gaji jauh di bawah “pasaran”. Bisa jadi mereka malah akan meragukan kualitas kita. Jadi sebelum negosiasi gaji, pastikan kita telah melakukan sedikit survei mengenai standar gaji yang sesuai untuk posisi yang sama di perusahaan-perusahaan lain dengan cara bertanya pada keluarga, saudara atau teman yang bekerja diperusahaan sejenis.
4. Gagal meyakinkan rekruter bahwa kita adalah orang yang tepat. Kesesuaian seorang kandidat pelamar dengan fungsi kerja tertentu, ada yang bisa diukur melalui tes tertentu (di luar psikotes). Misalnya tes meng-edit tulisan untuk posisi Editor Naskah atau tes penguasaan software tertentu untuk jabatan-jabatan di bidang IT. Tetapi ada pula yang tidak mempunyai parameter yang jelas, selain harus digali melalui wawancara yang mendalam. Apabila kita merasa sudah memenuhi semua kualifikasi yang diminta, maka tugas kita adalah memaparkan kemampuan yang dimiliki dan meyakinkan rekruter dan atau calon atasan mengenai hal ini. Untuk itu dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan rasa percaya diri untuk bisa sukses di tahap ini.
5. Faktor subyektivitas. Seorang rekruter profesional sebetulnya dituntut untuk bersikap obyektif, namun ada kalanya hal ini sulit diterapkan. Bisa jadi kita sudah unggul di banyak hal, tetapi ternyata kandidat lain yang diterima. Ada kemungkinan kegagalan tersebut disebabkan oleh faktor lain yang bersifat subyektif di dalam diri rekruter dan atau calon atasan kita. Misalnya solidaritas sesama alumni perguruan tinggi yang sama, atau mungkin juga menyangkut selera pribadi pada kelebihan tertentu di bidang fisik. Mungkin hal ini terasa tidak adil tetapi ini adalah bagian dari kenyataan yang harus diterima.
Dengan demikian, kita harus selalu meningkatkan keterampilan dan kemampuan diri, salah satunya adalah mengikuti pelatihan atau kursus-kursus seperti kursus bahasa asing, kursus komputer yang bisa mendukung pekerjaan yang kita inginkan sehingga kita memiliki nilai “lebih” dimata rekruter dan atau calon atasan kita.
Selain itu ada baiknya kita bertanya kepada orang lain tentang penampilan kita, apakah itu gaya berbusana, cara merias wajah dan cara bicara karena bagaimana pun juga ada orang yang menilai kemampuan kita berdasarkan penampilan fisik yang pertama kali dilihatnya.
Hal yang terpenting adalah tetap semangat dan tidak pernah putus asa karena ada yang bilang bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Gagal menduduki suatu posisi disebuah perusahaan bukan berarti kita akan gagal selamanya. Ayo Semangat.
Komentar
Regards
Sebaiknya kerja di internet dijadikan kerja sampingan saja sambil berkarya di perusahan atau menjadi PNS misalnya? Baru setelah bekerja selama 30 tahun keinginan untuk mandiri mengisi hari tua bisa dipertimbangkan matang-matang, misalnya menjadi wirausahawan.
sehingga kalau ada info lowongan pns lebih diserbu daripada ada info kesempatan usaha
salam