Pada tulisan kali ini, saya akan melanjutkan tulisan sebelumnya yaitu perilaku pengendara motor yang membahayakan keselamatan (bagian 1), perilaku tersebut adalah tidak menggunakan helm, tidak menggunakan lampu belakang , 1 (satu) motor dinaiki 3 – 4 orang dan mengambil jalur pejalan kaki (trotoar).
Perilaku lainnya yang cukup dapat membahayakan keselamatan adalah sebagai berikut :
Tidak menggunakan spion
Beberapa pengendara motor tidak melengkapi kendaraannya dengan memasang kaca spion padahal spion digunakan untuk melihat kendaraan lain dibelakang kita ketika akan membelok atau menyalip. Meskipun memasang spion, adakalanya spion yang digunakan hanya sekedar sebagai aksesoris karena modelnya yang unik atau hanya untuk formalitas padahal sudah tidak layak pakai sehingga spion itu sama sekali tidak dapat digunakan untuk melihat kendaraan dibelakang. Ketika akan berbelok, kita harus memutar kepala kita untuk melihat apakah ada kendaraan dibelakang kita. Hanya saja ketika menoleh kebelakang, motor tidak dalam keadaan berhenti sehingga jika tidak hati-hati justru dapat menabrak kendaraan yang ada di depan kita.
Mengendarai motor secara ugal-ugalan (bergerak zig zag dan tiba-tiba menyalip)
Dengan ukuran yang relatif “kecil dan langsing” menjadikan motor kendaraan yang mudah untuk menyalip ataupun melewati gang/sela yang sempit. Ketika dijalan raya, sela antara mobil yang satu dengan lainnya yang sempit itu akan dimanfaatkan pengendara motor untuk menyalip sehingga mereka tetap dapat bergerak maju. Mereka kadang menyalip atau memotong jalan dengan tiba-tiba sehingga membuat kaget pengendara mobil yang mungkin sudah terlanjur menekan gas. Apabila motor tersebut tertabrak atau tersenggol maka biasanya yang akan marah-marah adalah pengendara motor. Namun jika pengendara mobil mengalah dan motor tersebut dibiarkan menyalip secara zig zag maka mobil tersebut tidak akan bergerak karena dapat dipastikan motor lainnya sudah mengantri juga mengikuti motor yang ada didepannya.
Mengambil jalur kanan (jalur kendaraan yang berlawanan arah)
Dalam keadaan macet, biasanya pengendara motor akan mengambil jalur kiri atau kanan jalan dan semakin lama akan semakin banyak motor yang berada dijalur kanan atau jalur yang seharusnya untuk kendaraan dari arah yang berlawanan. Akibatnya kendaraan dari arah berlawanan tersebut akan terhambat jalannya dan pada akhirnya jalanan akan bertambah macet. Sekalipun kendaraan dari arah berlawanan tersebut dapat berjalan perlahan-lahan namun kemungkinan akan bersenggolan dapat saja terjadi, kalau sudah begitu siapa yang mau disalahkan? Baik pengendara mobil ataupun motor pasti sama-sama tidak mau kalau kendaraannya lecet akibat bersenggolan bukan?
Berjalan melawan arus
Jika sebelumnya motor mengambil jalur kendaraan yang berlawanan arah, yang dimaksud dengan berjalan melawan arus ini misalnya ketika kita hendak ke minimarket yang ada dipinggir jalan raya namun posisinya tidak jauh dan ada di sebelah kanan gang atau jalan masuk perumahan kita. Biasanya agar tidak repot maka kita akan membelok kearah kanan dan berjalan perlahan-lahan meskipun sebenarnya melawan arus kendaraan lain, hal ini dianggap lebih memudahkan kita karena tidak perlu menyeberang untuk mengikuti jalur yang seharusnya untuk kemudian berbelok kearah tempat tujuan.
Contoh lainnya, apabila jalan masuk perumahan kita merupakan sebuah pertigaan namun dipertigaan tersebut diberi penghalang atau pembatas jalan agar tidak menyebabkan macet karena biasanya kendaraan yang keluar dari pertigaan ada membelok ke kiri dan ke kanan sehingga dapat menyebabkan kemacetan dari dua arah. Akibat adanya pembatas jalan tersebut maka jika kita ingin berbelok kearah kanan otomatis tidak bisa langsung karena harus melalu pembatas jalan tersebut dahulu baru memutar balik kendaraan kita. Hanya saja biasanya kita suka mengambil cara yang praktis yaitu menyeberang sebelum melalui pembatas jalan kemudian melawan arus sehingga tidak perlu memutar balik kendaraan kita.
(maaf kalau sedikit bingung dengan penjelasan ini he3...)
Menerjang lintasan KA
Lagi-lagi berkaitan dengan ukuran motor yang relatif “kecil dan langsing” memudahkan motor untuk bergerak dipinggir palang kayu rel kereta api yang biasanya diturunkan sebagai tanda bahwa akan ada kereta api yang lewat. Memang kadang-kadang jeda antara ketika palang tersebut diturunkan dengan lewatnya kereta api agak lama sehingga membuat pengendara yang mungkin sedang terburu-buru menjadi tidak sabaran sehingga nekat melintas rel kereta api meskipun palang sudah diturunkan. Banyak kejadian dimana kendaraan yang nekat menerobos lintasan KA tersebut berakhir tragis karena tertabrak KA. Meskipun ada beberapa lintasan kereta api yang tidak memiliki fasilitas palang kayu untuk memberi tanda pada kendaraan lain untuk berhenti namun saya rasa disetiap lintasan ada rambu lainnya berupa lampu merah dan suara sirine yang sangat keras suaranya menjadi tanda bahwa akan ada KA yang akan lewat.
Sms atau menerima telepon tanpa menghentikan motor
Saya sering melihat ada pengendara motor yang sedang memegang handphone untuk sms ataupun menerima telepon tanpa menghentikan kendaraannya. Ketika sedang sms, sesekali dia melihat kearah depan untuk memastikan keadaan dijalanan aman. Hanya saja, kegiatan multitasking tersebut sangat berbahaya karena dia harus membagi konsentrasi antara mengetikkan kalimat sms dengan tetap memperhatikan keadaaan jalan. Padahal mungkin saja ada kendaraan yang tiba-tiba berhenti namun karena dia sedang konsentrasi pada sms sehingga tidak siap menghentikan kendaraannya. Saya sering berfikir, apa salahnya meluangkan waktu sejenak dengan berhenti sebentar untuk membalas sms atau menerima telepon yang mungkin saja memang benar-benar penting toh hal tersebut tidak akan memakan waktu yang lama. Kita bisa bilang kepada yang mengirim sms atau si penelepon bahwa kita sedang dijalan dan akan segera menghubunginya kembali apabila sudah sampai di tempat tujuan. Sepertinya membalas sms atau menerima telepon itu lebih penting dibandingkan dengan nyawa yang mungkin bisa jadi taruhannya.
Merokok
Ketika merokok maka pengendara motor hanya menggunakan satu tangan untuk memegang stang. Kalau menurut saya, mengendarai motor hanya dengan satu tangan itu berbahaya karena bisa saja motor jadi tidak seimbang, hanya saja mungkin untuk sebagian orang yang sudah biasa mengendarai motor hal tersebut bukanlah masalah besar. Namun, bagaimana dengan abu rokok yang berterbangan akibat merokok sambil mengendarai motor? Selain menambah kotor udara, abu tersebut mungkin saja mengenai mata orang lain sehingga membuat kaget orang yang terkena dan menganggu konsentrasinya. Jika tidak siap maka orang tersebut bisa saja tiba-tiba menghentikan kendaraannya atau justru menjadi tidak stabil dalam berkendara karena harus mengucek matanya.
Demikianlah hal-hal yang bisa saya sampaikan tentang pengendara motor. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan pengendara motor karena saya yakin masih banyak pengendara motor yang memiliki disiplin dan tanggungjawab yang tinggi terhadap keselamatan dirinya. Saya hanya menyampaikan dan menuangkan dalam bentuk tulisan kejadian yang saya lihat dalam keseharian saya dimana sebagian waktu saya habiskan dijalan sebagai seorang penglaju.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk orang banyak
Komentar
Dengan adanya artikel ini mudah-mudahan memberi pencerahan bagi mereka yang selalu membahayakan diri dalam berkendaraan.
berguna sangat artikelnya ^^.. slamat menjalankan ibadah puasa :)
seringkali juga, banyak yang bandel menerobos perlintasan KA, padahal sudah ada bunyi sirene bahwa Kerena mau lewat, tapi kadang orang ndak sabaran.