KAMU PILIH MANA : OJEK ONLINE ATAU OJEK KONVENSIONAL?

E-mail Cetak PDF

Sebagai perempuan yang bekerja, saya dituntut untuk bisa datang tepat waktu di kantor meskipun jarak dari rumah ke kantor sangatlah jauh. Seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya pada tulisan yang berjudul Perjuangan Hidup Seorang Penglaju (Commuter) dimana setiap hari saya harus berangkat pagi-pagi menggunakan bis jemputan.

Namun, apabila anak saya sakit dan harus berangkat agak siang atau harus lembur sehingga pulang malam maka saya tidak dapat menggunakan fasilitas bis jemputan tersebut karena jam berangkat dan pulang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan jam masuk dan pulang kantor. Ketika mengalami hal tersebut, otomatis saya harus menggunakan transportasi umum hanya saja jika menggunakan transportasi umum yang ada, waktu yang harus ditempuh menjadi lama karena angkutan kota ataupun bis kota yang saya naiki sering ngetem untuk menunggu penumpang lain hingga penuh.

Selain sering berhenti dijalan, supir atau orang yang naik angkutan kota ada yang merokok sehingga membuat saya tidak nyaman dengan asapnya. Belum lagi kita harus mewaspadai tindak kejahatan seperti pencopetan dan pelecehan seksual (baca juga : Pelecehan seksual ada dimana-mana). Untuk itu biasanya saya menggunakan jasa ojek yang ada di dekat rumah (ketika berangkat kerja) atau yang biasa mangkal di dekat gerbang kantor saya (ketika pulang malam).

Untuk ojek dekat rumah, saya sudah kenal baik karena rata-rata mereka tinggal didekat perumahan saya dan satpam pun sudah mengenal mereka. Untuk ojek yang mangkal di gerbang kantor, pada awalnya saya minta tolong teman untuk mengantar saya mencari ojek namun setelah beberapa kali saya hapal dengan orangnya, saya pun minta nomor handphonenya dan ketika akan menggunakan jasa ojek saya hanya tinggal menelepon dan sudah ditunggu di lobby kantor.

Beberapa waktu yang lalu banyak orang ramai membicarakan ojek online yang bisa dipesan melalui aplikasi dan lebih murah tarifnya dari ojek biasa apalagi saat itu mereka sedang promosi. Namun, saya tetap memilih ojek konvensional, saya merasa lebih aman dan nyaman karena sudah “kenal” lama meskipun harus membayar lebih mahal (saat itu dari kantor ke rumah saya membayar Rp. 100.000,-). Seorang teman bilang, ojek online juga aman karena data drivernya sudah tercatat di perusahaan ojek tersebut. Namun memang dasarnya saya penakut, saya bilang karena melalui aplikasi maka driver tersebut jadi tahu nama, nomor handphone dan alamat rumah saya, bagaimana jika tiba-tiba nanti dia mengaku diminta saya untuk mengambil sesuatu dari rumah (seperti modus penipuan yang sering terjadi).

Akhirnya, ada saat dimana ketika saya pulang malam ternyata ojek langganan saya tidak bisa dihubungi dan ojek lain yang biasa mangkal di gerbang juga tidak ada. Sebenarnya saya bisa saja naik taksi namun karena saya mengejar waktu (meskipun sudah malam, jalanan Jakarta tetap saja padat dan macet), saya lebih senang menggunakan ojek. Saya balik lagi ke ruangan barangkali ada teman yang bisa kasih tebengan namun saya malah dipesankan ojek online. Ketika sudah ditelepon, saya pun diantar sampai bertemu dengan driver ojek online dan Alhamdulillah saya selamat sampai tujuan dan hanya membayar Rp. 15.000,- plus saya tambahkan sebagai bonus.

Pengalaman pertama tersebut tidak langsung membuat saya beralih ke ojek online, saya tetap menggunakan ojek konvensional karena merasa ojek langganan saya lebih aman dan nyaman, lagi pula saya malas menginstall aplikasinya, maklum agak gaptek alias gagap teknologi. Hanya saja karena kejadian tersebu beberapa kali terjadi dan saya tidak enak merepotkan teman saya terus akhirnya saya menginstall aplikasi ojek online.

Awal-awal menggunakan aplikasi tersebut, saya pernah “ditipu” drivernya karena aplikasinya sedang error. Ketika sudah ditelepon dan bertemu dengan drivernya, baru mau naik dia bilang kalau saya membatalkan pesanan padahal saya merasa tidak menekan tombol cancel. Karena belum paham benar dengan aplikasinya saya pun bilang ya sudah ditinggal saja tidak apa-apa nanti saya pesan lagi namun dia tidak beranjak pergi dan bilang kalau aplikasinya sedang error sehingga susah untuk mencari ojek lainnya. Akhirnya saya bernegosiasi apa dia bisa mengantar saya tanpa aplikasi, dia menyanggupi dengan tarif sekitar Rp. 90.000,- dan sampai dirumah saya beri Rp. 100.000,- seperti biasa saya naik ojek langganan.

Pengalaman lainnya adalah saya pernah double order karena pada saat pesan loading terus dan saya klik tombol order hingga 2 kali. Ternyata ketika sudah dirumah dan mau tidur, ada yang telepon beberapa kali tapi karena nomor tidak dikenal saya abaikan saja. Namun karena telepon terus akhirnya saya sms dan dijawab dari ojek online, saya balas lagi kalau saya sudah diantar ojek lain dan sudah dirumah, ternyata pesanan saya tadi baru sampai atau muncul. Driver tersebut minta saya menekan tombol cancel karena jika tidak saya tekan maka dia tidak bisa mengambil order yang lain. Kasian juga kalau tadi saya sudah tidur (biasanya handphone saya silent supaya tidak menganggu) dan saya tidak menekan tombol cancel sehingga driver tersebut tidak mendapat order.

Pada saat saya mulai percaya dan merasa nyaman dengan layanan ojek online plus tarifnya yang murah, saya mulai selalu menggunakan layanan tersebut. Hanya saja ketika aplikasi sedang mengalami error menyebalkan juga karena saya pernah order beberapa kali ternyata tidak bisa sehingga pada akhirnya saya menggunakan ojek konvensional. Kejadian lainnya adalah sudah beberapa kali order ternyata tidak ada driver yang mau ambil order saya hahahaha mungkin karena letak rumah saya yang sangat jauh, sudah malam dan dalam kondisi hujan dipastikan sangat macet. Jika sudah seperti itu, saya beralih lagi ke ojek yang mangkal di gerbang kantor.

Namun saya juga pernah mengalami kondisi dimana tidak ada teman yang bisa diminta tebengan, tidak ada ojek online yang mau ambil order saya dan bahkan tidak ada ojek yang mangkal di gerbang kantor. Saat itu, ditemani OB saya menunggu barangkali ada ojek yang kembali namun beberapa menit menunggu tidak satupun ojek yang datang. Beruntung saat itu ada orang yang baru turun dari ojek dan driver ojek itu saya tanya apa mau dan bisa mengantar saya didaerah nun jauh disana Alhamdulillah dia bersedia meskipun ada kekhawatiran dihati karena belum kenal. Saat sedang mengisi bensin akhirnya diam-diam saya foto plat nomornya dan saya share ke wa group ruangan untuk jaga-jaga.

Dengan adanya beberapa kejadian tersebut, saya jadi harus siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika ojek online ataupun konvensional tidak ada, mau tidak mau saya harus menggunakan jasa taksi meskipun dari segi waktu lebih lama dan dari segi tarif lebih mahal. Yang terpenting, selalu gunakan helm setiap kali naik motor demi keselamatan kita dan ingatkan driver ojek untuk berhati-hati dan mentaati peraturan lalu lintas. Kalau kamu pilih mana?

Baca juga tulisan terkait :

Tidak Peduli Alasannya, Kalau Itu Berbahaya Tolong Jangan Lakukan

Perilaku Pengendara Motor Yang Membahayakan Keselamatan (Bagian 1)

Perilaku Pengendara Motor Yang Membahayakan Keselamatan (Bagian 2)

Perilaku Pengendara Motor Yang Membahayakan Keselamatan (Bagian 3)

Komentar

Tampilkan/Sembunyikan Form Komentar Please login to post comments or replies.