Tidak terasa saat ini Endry sudah berusia 8 tahun lebih. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan saya sebagai orang tua, banyak hal baik yang mungkin belum atau terlewat saya ajarkan kepadanya. Namun ada hal yang belakangan ini tengah gencar saya ajarkan kepadanya yaitu untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang sudah diberikan Tuhan hari ini, kemarin dan esok hari.
Metode yang saya gunakan ketika mengajarkan Endry bersyukur bukan dari membaca buku atau menerangkan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an (karena saya sendiri juga kurang menguasainya) tetapi mengambil pengalaman orang lain melalui tayangan televisi (berita-berita tentang pengungsi akibat bencana alam atau perang dan tayangan inspiratif di acara Hitam Putih) maupun melihat lingkungan sekitar disepanjang jalan ketika bepergian.
Meskipun sepertinya sepele, namun ternyata bersyukur bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh anak seusia Endry bahkan oleh saya sendiri, sehingga saya harus senantiasa mengingatkan dan memberikan contoh nyata kepada Endry agar mau bersyukur. Dengan memberikan contoh atau teladan ketika kita mengajarkan anak, secara tidak langsung sebenarnya kita juga mengajarkan hal baik kepada diri sendiri karena bagaimana anak mau melakukan hal baik kalau kita tidak melakukannya.
Berikut ini adalah hal-hal yang sering saya ingatkan kepada Endry untuk selalu bersyukur :
Memiliki orang tua
Ketika bepergian, saya sering menunjukkan kepada Endry banyak anak-anak terlantar yang hidup dijalan dan harus “bekerja” sebagai pengemis untuk menyambung hidupnya. Mereka harus tetap bekerja dalam kondisi kepanasan maupun kehujanan supaya bisa makan. Anak-anak tersebut belum tentu anak yatim piatu, kadang mereka masih memiliki orang tua namun justru orang tuanya lah yang “memaksa” mereka untuk bekerja di jalanan. Bisa jadi mereka merupakan anak-anak yang diculik sejak kecil dan dijadikan alat untuk mencari uang.
Dengan demikian, saya berharap Endry bisa bersyukur karena masih memiliki orang tua. Meskipun kami bukanlah orang tua yang sempurna bahkan masih banyak kekurangan, namun kami selalu berusaha memberikan Endry yang terbaik entah itu untuk kebutuhan fisik maupun mentalnya sehingga Endry harus bersyukur karena banyak keinginannya yang bisa terwujud.
Saat ini Endry juga mulai saya biasakan untuk menabung uang jajan ketika menginginkan sesuatu agar dia bisa lebih menghargai barang atau sesuatu yang di dapatkannya melalui menabung. Meskipun belum sepenuhnya berhasil (karena ketika dia menginginkan es krim atau siomay masih minta dari eyangnya), namun minimal dia sudah mulai memahami konsep menabung, manfaat dari menabung dan sudah ada beberapa barang yang dia beli dari uang tabungannya itu. Bahkan ketika ingin jalan-jalan, dia juga saya minta untuk membayar sendiri tiketnya dari uang tabungannya.
Memiliki kakek nenek
Sejak kecil Endry lebih banyak diasuh dan di didik oleh orang tua saya karena saya dan suami bekerja. Saya selalu bilang kepadanya, “Endry harus bersyukur karena tinggal sama Eyang dan Kakung karena ayah dan bunda kerja. Kalau kamu tinggal sama pengasuh dan pengasuh itu tidak sabar, bisa-bisa kamu nanti di pukul makanya kamu harus sayang dan nurut sama Eyang dan Kakung”.
Bukan bermaksud menakutinya tetapi bukan rahasia umum lagi jika banyak pengasuh anak yang tidak sabar dan bahkan melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadap anak. Belum lagi kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang mereka ajarkan kepada anak kita ataupun apa yang menjadi tontonannya.
Selain itu, belum tentu kita bisa dapat pengasuh yang betah beberapa tahun bekerja dengan kita meskipun gajinya sudah besar dan tidak terlalu banyak aturan. Suatu hal yang sering bikin deg-degan ibu bekerja adalah ketika lebaran tiba, apakah pengasuh itu akan kembali bekerja pada kita atau tidak...jika tidak, berarti kita harus siap mencari dan beradaptasi dengan pangasuh yang baru.
Karena kami tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga maka Endry sering saya ingatkan untuk membantu Eyang dan Kakungnya dirumah seperti memasukkan baju yang sudah disetrika ke dalam lemari dan merapikan mainannya. Untuk masalah merapikan mainan, Endry sudah saya ajarkan sejak kecil (Baca : Ajarkan anak anda merapikan barang sejak kecil bagian 1 dan bagian 2). Hal ini juga saya lakukan pada adiknya sejak dia sudah bisa berjalan, meskipun baru belakangan ini saja adiknya mau merapikan dan memasukkan mainannya ke dalam lemari.
Memiliki fisik yang sempurna
Salah satu tayangan TV favorit saya adalah acara Hitam Putih di Trans7. Acara tersebut sering menyajikan kisah inspiratif (beberapa tayangan sudah saya jadikan tulisan seperti Jangan pernah berhenti untuk “bermimpi”, dan Hidup hanya sekali jadi harus di nikmati). Adakalanya mereka mengundang bintang tamu dengan keterbatasn fisik namun sanggup melakukan hal luar biasa bahkan melebihi dari orang yang normal. Beberapa dari mereka ada yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik juga, sehingga mereka dapat terbantu secara ekonomi.
Hal lain yang (menurut pendapat saya) ingin ditunjukkan dalam acara tersebut adalah keterbatasan fisik bukan atau jangan dijadikan alasan atau hambatan untuk melakukan sesuatu, karena dibalik kekurangan yang di miliki manusia pasti Tuhan juga memberikan kelebihan. Selama manusia mau berusaha pasti ada jalan.
Saat itulah saya akan memotivasi Endry dengan cara membuat perbandingan “kalau mereka dengan keterbatasan fisik saja bisa melakukan hal luar biasa, berarti Endry (dengan fisik yang sempurna) juga harus bisa melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan”.
Demikian tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat :)
Komentar